-->

Novel the Half Mask karya Deasylawati

Resensi Buku The Half Mask

Novel The Half Mask
Cover buku the Half Mask | sumber: Bukalapak.com

Judul buku resensi: The Half Mask

Genre: Action, islami

Penerbit: Tiga Serangkai

Penulis: Deasylawati P.

Tahun terbit: 2008

Jumlah halaman: 222 hal

Nomor edisi terbit : ISBN 978-979-045-110-0

Sinopsis Novel the Half Mask

Novel The Half Mask menceritakan tentang teror pembunuhan yang dilakukan secara apik oleh seorang profesional berdarah dingin di sejumlah negara. Dia adalah alat yang disebut "the half mask". Wajah dinginnya selalu tersembunyi dibalik topengnya. 

Topeng separuh warna yaitu separuh hitam dan separuh putih. Dia selalu membunuh di antara cahaya bulan dan kegelapan sehingga tak ada yang mampu melihat wajahnya. Katanya, seseorang yang ketahuan memergokinya, akan berakhir mati juga.

Kisah ini dibuka dengan aksinya membunuh target di ujung ruangan megah. Pakaiannya serba hitam. Ditangannya ada pistol berperedam dan tentu saja wajahnya bertopeng. Dia menodongkan senjatanya. Hanya terdengar sedikit percakapan kecil dengan targetnya. Lalu ditembaklah kepala sang target tanpa belas kasihan. Dia segera melesat pergi saat targetnya tewas tanpa perasaan takut kejahatannya tercium polisi.

Setelahnya, cerita ini dialihkan ke sepasang kakak beradik muslim yang sedang berlibur di Jerman. Lebih tepatnya hanya sang adik yang berlibur sekaligus menjemput kakaknya yang sedang berkuliah di sana untuk pulang ke Indonesia tanpa diketahui bahwa kakaknya sedang melakukan penelitian berbahaya.

Kakak beradik itu bernama Fathan dan Sara. Sebuah insiden terjadi beberapa menit setelah Fathan, mengucapkan nama penelitiannya kepada rekan se-timnya, Karl Beur. Laboratorium tempat mereka meneliti mendadak gelap dan masuklah teror itu.

Baca juga: Novel Around the World in 80 Days

Beberapa jam sebelumnya, "the half mask" lebih dulu mengincar Sara. Dia masuk ke apartemen Beur milik rekan penelitian Fathan sekaligus kakak dari teman chatting Sara, Gisella. Disana Fathan dan Sara menumpang tinggal untuk beberapa hari ke depan.

Ada yang berbeda kali ini, sang teror urung menarik pelatuknya padahal ujungnya sudah tertempel di kening Sara. Tatapan Sara yang seolah menantang maut membuat tanda tanya besar di benaknya karena sebelumnya, semua targetnya takut akan kematian.

Insiden di laboratorium hanya meninggalkan sedikit luka gores di tubuh Fathan. Dia berhasil kabur dari teror itu melalui kaca jendela yang dipecahkannya, sementara Karl tertembak di bagian lengannya. 

Semenjak dua insiden itu, Sara semakin was-was dan yakin jika ada yang salah dari penelitian kakaknya. Sebenarnya, penelitian itu dilakukan oleh ayah Fathan 16 tahun lalu yang berimbas menewaskan ayah dan ibu Fathan serta diculiknya Fathir, adik Fathan. Fathan kembali membuka dan meneruskan penelitian ini untuk mencari keberadaan adiknya.

Ketegangan mulai memanas ketika Sara diculik oleh sang teror dengan taxi yang baru selesai ditumpanginya. Dia dibawa ke pedesaan bagian utara Jerman. 

Dibalik ketakutannya, Sara yang notabenenya mahasiswa kedokteran UI, melihat luka tembak di perut kiri peneror itu. Rasa iba pun muncul namun segera teralihkan dengan kemungkinan terbunuhnya Fathan.

Dia memberontak hingga olenglah taksi yang mereka tumpangi menabrak pagar kayu. Topeng yang dikenakan sang teror terbelah menjadi dua mengikuti alur warnanya. Separuh hitam dan separuh putih. 

Sara terbelalak karena Rheme lah sosok dibalik topeng tersebut. Laki-laki yang akhir-akhir ini mampu membuat pipinya memanas hanya dengan menatap matanya. Teman baru jurnalis Gisella yang irit bicara.

Rheme membawanya ke sebuah ruah kecil tanpa penghuni. Setelah itu, karena rasa iba yang masih menyelimutinya, Sara mengeluarkan peluru di perut Rheme lalu terjadi percakapan penting yang menjadi permulaan perubahan kehidupan seorang Rheme. Sara yang menjelaskan kenapa dia tidak takut mati karena Islam yang menjadi keyakinannya menjelaskan bahwa ada kehidupan baru setelah mati. 

Esoknya terjadi huru-hara, Rheme tertebak berkali-kali akibat melindungi Fathan dari sosok bayangannya sendiri, The Dark Half Mask, yang ternyata diperankan oleh Karl Beur.

Rheme dilarikan ke rumah sakit. Namun, setelah kedatangan Schneider, Rheme segera dipindahkan ke Swiss oleh Fathan dan Sara, dibantu oleh komunitas Islam Jerman dengan penyamaran. Markzeff Von Schneider, bangsawan ternama Jerman, ayah angkat Rheme, pencipta alat pembunuh dengan segala koneksi itu datang pada Fathan dengan peringatan.

Mereka berhasil membawa Rheme ke Indonesia, membawa harapan dan kehidupan baru dibalik topeng yang sekarang Rheme sebut iman. Jalannya akhirnya terang benderang karena tuntunan Fathan.

Baca juga: Buku Biografi Chairul Tanjung

Kelebihan Novel the Half Mask

Penjabaran tentang latar tempat dan suasana dalam novel ini sangat bagus. Kita akan dibuat berimajinasi dan hanyut dalam indahnya negara Jerman terutama kota Munich. 

Disisi lain, banyak ketegangan akibat teror yang diciptakan. Percakapan dalam novel ini diselingi dengan bahasa Jerman dan Inggris, membuat suasana Jerman semakin terasa. 

Selain itu, kosa kata asing pembaca akan semakin bertambah. Alurnya kurang tertebak karena banyaknya penghianatan. Tokohnya dibuat misterius membuat pembaca seringkali salah duga. 

Ada pesan tersurat yang menurut saya paling berkesan dalam novel ini. 

"Jangan ada orang yang kau kasihi di dunia ini. Itu akan membuatmu lemah."

Novel the Half Mask

Kekurangan Novel the Half Mask

Sampul novel lebih terkesan horor membuat saya takut membacanya. Padahal, ini adalah novel genre action. Terlalu banyak penjabaran yang kurang masuk ke intinya membuat pembaca kurang fokus pada ketegangan sang teror. 

Endingnya kurang memuaskan dan masih menggantung karena masih banyak pertanyaan yang belum terpecahkan.

Penulis: Lailatul H.
Editor: Arin Khurota

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>