-->

Mengatasi Self Harm selama 17 Tahun dari Cerita Nata

Aku benci mengakui bahwa mereka benar, bahwa kehadiran seseorang selalu terasa lebih berharga begitu ia memilih meninggalkan... dan surat ini adalah tanda penyesalan.

Novel Forgot Me, Dizappear

Kalimat di atas adalah pembuka suatu novel yang mengangkat cerita mengenai Self Harm yang dilakukan seorang gadis karena tuntutan keluarga yang kian lama membuatnya lelah.

Self Harm menjadi pelampiasannya karena ia tidak memiliki tempat untuk bercerita atau setidaknya seseorang untuk bersandar. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Arta, seseorang yang memiliki luka yang sama, tetapi samar tersimpan jauh dalam hatinya yang tak seorang pun memahami lukanya.

Cerita kali ini mungkin sama, meskipun berbeda alur cerita. Dan ini adalah kisah nyata, salah satu cerita dari teman kami, Nata. 

Baca juga: Cara Ubah Insecure menjadi Bersyukur

Self harm, istilah baru ini saya mengenalnya setelah membaca beberapa cerita novel dan berdiskusi dengan beberapa teman. Istilah lain untuk menyebutnya adalah self injury. Sebuah gangguan mental di mana seseorang bisa saja membahayakan dirinya sendiri secara sadar.

Alasan yang sangat sering saya dengar adalah karena sebuah pelampiasan. Seperti yang sebelumnya pernah saya tulis, terkait seseorang yang bercerita tentang kebiasaannya crossdressing, yakni kebiasaan untuk berhias dan berdandan seperti lawan jenis untuk menghilangkan stres di tengah pening hidup.

Kisah hidup yang penuh lika-liku, yang memaksanya untuk dewasa sebelum waktunya. Berusaha tegar ketika orang lain selalu menyalahkan dirinya. Dan ketika mencoba untuk mencari tempat bersandar, tak ditemukan satu pun yang bisa dijadikan teman.

Lalu, apa dampaknya?

Sederhana, tetapi cukup berat untuk dihadapi sendiri sehingga terngiang dalam pikiran: Kenapa aku seperti ini? Kenapa aku tidak bisa menjadi seseorang yang diinginkan oleh mereka?

Saya juga berharap, apa yang telah dituliskannya mampu didengar oleh dunia. Setiap yang pernah mengalami akan tahu bagaimana rasanya tekanan mental yang dialaminya.

Yah, gangguan ini nyata dan bukan melebih-lebihkan apalagi mengada-ada. Gangguan mental atau mental illness lebih berdarah meskipun tak kasat mata rasa sakitnya.

Baca juga: Penyebab Menangis Tanpa Alasan dan Solusinya

Cerita Nata tentang Self Harm yang dialaminya

Saya sering memanggilnya Nata, dari nama aslinya yang panjang. Itu untuk mempermudah. Meskipun sejujurnya hingga saat ini, saya belum mengenal dirinya seutuhnya karena banyak hal yang mungkin saya sendiri akan memilih demikian jika menjadi dia.

cerita tentang self harm

Suaranya yang tenggelam

Aku hampir udah mati rasa, bahkan self-harm yang biasa aku lakuin saat kacau kaya gini udah males aku coba lagi, udah merasa ga guna buat gituan tapi terlanjur jadi kebutuhan.

Gimana mau percaya cinta itu nyata saat orang yang pertama kali ngajarin cinta bahkan ngebuang semuanya dengan perceraian.

Aku pernah ngalamin masa terburuk saat kelas 5SD. Masa terburuk berikutnya kelas 7-semester awal kelas 9 di SMP aku pikir semuanya bakal stop sampe disana. Nyatanya hari berikutnya masih berlanjut. Semuanya bahkan ga menimbulkan kesedihan lagi. Hatiku sakit tapi ga cukup sakit buat harus minta mati sama tuhan.

Aku ngalamin masa yang berat sejak kecil. Aku dengar pertengkaran, aku dengar bentakan kata kasar, atau yang paling parah salah satu dari orangtua ku dengan gampangnya pergi dari rumah buat pelarian. Aku? Meratapi semuanya. Aku biasa ditinggal, dititipkan, walau gak pernah ngerasain penganiayaan tapi tetep aja. Sakit mental, luka batin dan pikiran pikiran buat mati adalah hal dominan menyertai pertumbuhanku.

Aku dewasa sebelum waktunya. Dipaksa buat jadi lebih kuat, lebih pintar, dan lebih lainnya sebagai contoh.

Mereka gak sadar maksa buat kayak gitu buat mentalku gak sekuat anak anak lain.

Aku harus jadi contoh baik.

Aku harus belajar dan bekerja lebih keras.

Aku dipaksa buat senyum.

Aku bahkan gak diperbolehkan buat nangis.

Saat aku melakukan kesalahan semua jadi salah orangtuaku.

"kamu sama aja kaya ibumu"

"ga ada bedanya sama ayahmu"

Lalu itu jadi makanan sehariku karna aku bersikap seolah ga peduli menahan sakitnya dihatiku. Aku nangis. Nangis setiap malam sampe aku ga bisa nangis lagi setelahnya.

Aku ga benci orangtuaku. Mereka. Atau siapapun.

Aku benci diriku sendiri.

Aku benci saat pertama kalinya nyoba ngegores lenganku dengan kaca aku gak ngerasain apa apa selain kesepian.

Aku sendiri, aku mau cerita.

Aku jadikan diriku sendiri sebagai alasan kesalahan kesalahan orang lain.

Saat orang bilang ibuku atau ayahku yang salah, maka otakku berpikir aku yang kurang. Aku yang gak stabil, aku yang salah.

Aku menangis saat aku ingin menangis.

Bukan karena bertengkar dengan salah satu temanku, atau pacar yang selingkuh atau sahabat yang kurang berkenan.

Aku menangis setiap kali melukai orang lain karena terlalu sering menempatkan diriku dengan kesalahan.

Lagi dan lagi...

Sejahat apapun orangtuaku.
Mereka mungkin sedih kalo tahu aku serusak ini.
Rusak bukan dalam artian aku bukan wanita baik-baik. Rusak disini: Aku hampir gila. Aku sakit mental. Dan aku gatau gimana caranya berhenti dari sakit ini.

Aku pusing, aku mual, aku mau ngeluh lebih banyak.

Tapi aku harus bersyukur.

Bersyukur.

Lebih dari siapapun.

Karena aku. Aku harus bisa seperti kata mereka.

Aku harus bisa mengangkat derajat orangtuaku yang dihina atas salahku.

Aku harus lebih berani. Lebih kuat. Lebih pintar. Lebih baik lagi.

Gapapa harus dibenci.

Gapapa.

Aku akan baik baik aja. Selagi sakit itu masih terasa. Segores luka udah cukup hari ini.

Natalia Maharani

Aku harap.

Cara menghadapi Self Harm

Saya memahami bahwa cobaan hidup setiap orang memiliki porsi yang berbeda. Saya sendiri pernah berada dalam posisi ingin menyakiti diri sendiri, tetapi lebih mengarah pada bunuh diri.

Tuntutan orang tua yang otoriter sering kali membuat diri saya melupakan bahwa saya hidup karena seakan kehidupan yang saya memiliki perlahan memudar tanpa saya sadari.

Namun, perlahan saya memahami bahwa semua kejadian menyakitkan itu tidak berlangsung selamanya. Dan Self harm mungkin menjadi salah satu bentuk 'pertahanan diri' di saat pikiran dan tubuh sudah tidak bisa bekerja dalam satu padu untuk berdamai dengan diri sendiri.

Tidak salah, tetapi cobalah sekali untuk mengucapkan maaf dan terima kasih untuk dirimu. Satu-satunya yang saya mengerti untuk menghadapi beban mental adalah bagaimana kita bisa mencintai diri sendiri. Meskipun saya sangat paham bahwa untuk mencoba mencintai diri sendiri lebih sulit dari mengenal diri kita seperti apa.

Memang berat, dan terkadang self harm adalah bentuk pelampiasan karena kamu tak tahu harus mengadu pada siapa, sedangkan rasa sakit dalam dirimu meronta-ronta. 

Saya rasa memang tidak salah, dibandingkan kecenderungan bunuh diri yang pernah saya ingin lakukan. Namun, saya juga tidak bisa membenarkannya.

self harm

Self harm bisa saja dialihkan pada perhatian yang lain untuk mencegah kamu membahayakan diri sendiri.

Mungkin, dalam hal ini, saya akan pisahkan artikel pembahasannya dalam link lain sebab pembahasannya pasti akan mendalam.

Selain itu, Self Harm jika kamu lakukan, menurut yang saya baca dan saya diskusikan dengan teman-teman yang tergabung dalam tim Omegarion, Self Harm bisa menyebabkan kamu mengalami adiksi (ketergantungan).

Mungkin, penjelasan mengenai Self Harm bisa kamu baca lebih lengkapnya dalam artikel yang akan kubuat setelah artikel ini diterbitkan.

Saya tahu, usia 18 - 20 tahun adalah masa rentang yang sangat luar biasa. Luar biasa dalam artian kejadian-kejadiannya selalu membuat kita bahkan hampir putus asa.

Namun, percayalah, kejadian menyakitkan juga tidak akan berlangsung selamanya. Suatu saat kamu akan bersyukur atas apapun yang terjadi hari ini. Karena tanpa sadar, semua yang telah kamu lalui, badai itu telah menguatkan dirimu.

Percayalah, semua ini adalah jalan bagi kamu untuk menjadi seseorang yang lebih dewasa. Sebuah proses yang kamu perlukan untuk menjadikanmu siap menghadapi masa depan dan tanggung jawab yang lebih besar.

Juga sebuah proses untuk kamu belajar arti sebuah kebahagiaan.

Jika kamu, atau siapapun yang membaca artikel ini, jika kamu membutuhkan tambahkan motivasi, kamu bisa membaca buku dari saran saya: Intip Buku Jamil Azzaini, Menyemai Impian Sukses Mulia.

Untuk menghadapinya, kunci pertama adalah kamu bisa menerima kekurangan dan kelebihanmu apa adanya.

Omegarion

Dan jika kamu ingin bercerita, pertama, ceritakanlah segala keluh kesahmu pada Tuhan. Jika kamu muslim, bangun sepertiga malam dan katakan, "Terima kasih, Tuhan, setidaknya saya bertahan hidup hingga titik ini, meskipun berdarah-darah adalah suatu hal luar biasa. Terima kasih selalu bersama denganku, meskipun aku telah banyak melukai tubuh yang Kau ciptakan dengan sempurna ini. Bantulah aku untuk menghadapinya, setidaknya lebih kuat sehingga aku bisa lebih mencintai diriku sendiri."

Kemudian berceritalah, apapun beban kehidupan yang kamu rasakan. Menangislah, malam ini menangislah! Biar Tuhan yang mengusap air matamu dan menggantikannya dengan kekuatan yang baru.

Apakah kamu memendam cerita yang tidak bisa lagi kamu pendam? Kami menyediakan ruang #curhatonlinegratis untuk setiap masalah yang kamu alami. Yuk, kunjungi ruang curhat online - 🔗

 

Cerita menginspirasi teman-teman kami bisa kamu baca di halaman Daily Life


You may like these posts

1 comment

  1. Admin
    Gangguan mental ringan, akibat dari depresi, bisa banyak hal sih penyebab nya, tapi bisa sembuh kok, perbanyak sosialisasi dengan lingkungan yang positif, gw juga pernah kok.

    Salam
    Catatan Abe
  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>